Jumat, 18 Januari 2008

WAKTUKU SD

Akhir-akhir ini gw sering kebayang masa-masa SD gw: saat gw lagi culun-culunnya; dan saat gw lagi pinter-pinternya. Kejadian yang menyakitkan dan menyenangkan sering muncul saat gw bermimpi dan merenung dengan ganteng. Menyakitkan karena keculunan gw waktu itu bikin anak-anak badung menindas gw seperti Jepang menindas Indonesia. Dan menyenangkan karena kepinteran gw waktu itu bikin cewe-cewe tertarik laksana besi tertarik magnet super kuat (Hahahahaha). Tapi yang mengherankan, yang paling sering muncul adalah dua sosok wanita temen SD gw.

Yang pertama adalah Yanti, cewe Medan alias Butet. Dia temen sekelas gw waktu kelas 5 dan 6 SD. Tampangnya biasa aja, yang istimewa dari dia adalah otaknya. Dia satu-satunya orang di SD gw yang bisa ngalahin nilai akademis gw. Ini prestasi yang luar biasa bung! Karena di SD gw itu gak ada seorang pun yang bisa ngalahin kepinteran gw, kecuali dia. Dan dia adalah orang pertama yang menyuguhkan kompetisi panas ke gw. Dalam enam caturwulan, dia unggul tiga kali, dan kalah tiga kali: kita impas! Dan persaingan niatnya akan dilanjutkan setelah SMP. Dia dan gw sama-sama masuk SMP yang sama: SMPN 92 Jakarta, SMP negeri terfavorit di Jakarta Timur. Yah, tapi apa mau dikata, nasib berkata lain, setelah lulus dari SD, rumahnya kebakaran, dan dia gak punya harta lagi disini karena dia termasuk keluarga yang kurang mampu. Alhasil, dia putus sekolah. Putus sekolah! Orang sepintar itu ga bisa menyalurkan kepintarannya karena terhalang biaya. Ahh, klasik sekali. Dan kecemerlangan otaknya pun tenggelam tertelan kemiskinan. Padahal, dia orang yang luar biasa ceria, selalu senyum setiap hari, dan gw bisa aja suka sama dia, kalau-kalau gak ada cewe yang satu ini, cewe yang juga sering gw pikirin akhir-akhir ini.

Lianita Noviana namanya, biasa dipanggil inga, cewe yang manisnya minta ampun, jauh lebih manis daripada madu yang termanis. Ya, cewe super manis itu adalah suka-pertama gw, bukan cinta pertama. She is my first like, not first love. Karena gw gak tau apa itu cinta. Dia cewe pertama yang membuat gw jatuh suka. Dia bener-bener cewe yang paling manis kalo gw inget-inget sekarang, satu tingkat dibawah nyokap dan nenek gw. Dan dia orang yang pertama kali menyuguhkan semangat yang luar biasa untuk gw berangkat sekolah. Setiap harinya gw berangkat, selalu bertujuan gak mulia: buat ngeliat dia, karena gw sempet sebangku sama dia pas kelas 4 SD. Dia orang yang galak dan jutek banget sama semua cowo, kecuali sama gw. Begitu baik dan perhatiannya dia ke gw. Dan itu bisa membuktikan kalo dia juga suka sama gw, bahwa gw juga suka-pertama dia. Alamak, luar biasa perasaan bocah SD ini. Tapi, apa mau dikata, nasib berkata lain, gosip kalo gw suka sama dia udah menyebar sampe ke daun telinga dia. Dan, dengan sangat mengejutkan, dia menjauh dari gw. Dan menjauhnya dia dari gw beriringan dengan menyebarnya gosip kalo dia lagi suka sama si cowo yang kalah ganteng dan kalah pinter dari gw. Arrrggggghhh! Alamak, luar biasa perasaan bocah SD ini. Gw sangat cemburu. Bocah SD, si culun itu, merasakan cemburu untuk pertama kalinya. This is my first jealous! Ahhhhhh. Dan tragedi ini pun terus berlanjut hingga lulus. Yang paling gw sesalkan adalah gw ga sempet sekedar ngomong “Sukses ya SMP-nya” ke dia. Dan sejak saat itu, sekalipun ga pernah gw ngeliat wajah manisnya lagi. Tapi tergambar jelas dalam long term memory di cerebral cortex gw.

Tapi gw tau kenapa Allah memberikan ingatan-ingatan tentang dua cewe luar biasa ini, karena dua cewe ini yang pertama kali menyuguhkan hal-hal indah yang akan mewarnai sepanjang hidup gw: kompetisi dan semangat. Dan dua cewe ini juga yang memberikan gw inspirasi untuk mengamati lebih dalam tentang hal yang memisahkan gw dari mereka: kemiskinan dan perasaan. Ah, masa lalu adalah pelajaran.

ABSURDNESS OF LOVE

Di satu belahan dunia, seorang gadis bercumbu dengan lawan jenisnya. Di belahan dunia lain, seorang lelaki melamar wanita yang belum dikenalnya. Di satu tempat, ponsel seorang muda penuh dengan pernyataan cinta dari kekasihnya. Di tempat lain, seorang suami tak pernah berkata cinta pada istrinya.

Tak pernah kita sadari betapa kehidupan digerakkan oleh hal-hal yang absurd: Tuhan dan cinta. Dan betapa kehidupan bergerak karena hal-hal yang absurd: Tuhan dan cinta. Bahkan betapa kehidupan ini adalah suatu hal yang absurd.

Terkadang karena absurditas itu kita merasa telah berada di jalan yang paling benar. Mungkin si gadis yang bercumbu dengan lawan jenisnya itu merasa bahwa ia sedang merasakan cinta, padahal boleh jadi itu bukan cinta. Atau si muda yang ponselnya penuh dengan pernyataan cinta itu merasa bahwa cinta lah yang sedang kekasihnya rasakan sekarang, padahal boleh jadi itu bukan cinta. Dan mungkin orang menganggap bahwa lelaki yang melamar wanita yang baru saja dikenalnya itu bukan karena cinta, padahal boleh jadi justru itu terlandaskan cinta. Atau mungkin orang menganggap bahwa si suami yang tak pernah berkata cinta pada istrinya adalah karena tidak cinta, padahal boleh jadi itu cinta.

Ya, mungkin semua itu cinta, mungkin juga bukan cinta. Karena cinta itu rumit sekaligus sederhana, bising sekaligus diam. Yang jelas, cinta adalah sebuah keyakinan, cinta memiliki norma, dan cinta itu indah. Dan bahkan kita sering menyalahartikan keyakinan, norma, dan keindahan sehingga cinta kini menjadi sesuatu hal yang salah arti. Jika saja kita tahu benar akan makna cinta yang sebenarnya, maka kita pun akan tahu betapa sedikitnya cinta di dunia, dan betapa orang-orang tidak lagi saling mencintai. Dan betapa manusia meneriakkan hal-hal yang penuh kekosongan.